Minggu, 23 Mei 2021
Jumat, 07 Mei 2021
Kamis, 06 Mei 2021
Aksi Nyata: Pemikiran Ki Hajar Dewantara
Pendahuluan
Pemikiran Ki Hajar Dewantara tentang pendidikan dapat diaplikasikan kapan saja dan dimana saja. Semisal pemikirannya tentang “pendidikan hendaknya berpihak pada anal” dan tentang trilogi “ing ngarso sung tulada, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani,” dan pendidikan yang sesuai dengan “kodrat alam dan kodrat zaman” itu tidak hanya dapat diterapkan di dunia pendidikan tetapi dapat juga diterapkan di dunia sosial, politik, dan sebagainya. Bukan hanya pada masa lalu, tetapi juga sekarang dan yang akan datang. Artinya, bagi seorang CGP, pemikiran KHD ini sudah sangat sebaiknya apabila telah diterapkan jauh-jauh hari semenjak menjadi seorang tenaga pendidik, dan sebelum mengikuti PGP ini. Sehingga PGP pada dasarnya sebuah penguatan dan pematangan atas praktik baik yang selama ini sudah dilaksanakan. Tentu saja agar terus kontinyu, meningkat, dan memberikan efek positif bagi murid, rekan kerja, dan sekolah.
Aksi Yang Dilakukan
Pemikiran tentang pendidikan berpihak pada anak sudah saya terapkan di SDN Rengaspendawa 02 tempat saya mengajar. Dimana saya menaruh perhatian pada anak-anak di semua kelas yang terdapat beberapa anak yang kesulitan dalam membaca. Kebutuhan anak yang semacam ini yang paling mendesak adalah bagaimana anak bisa membaca dengan baik. Sehingga dalam suatu rapat saya mengusulkan agar dibuatkan waktu khusus bagi mereka untuk mendapat bimbingan intensif, dan disetujui oleh semua peserta rapat.
Pemikiran KHD tengtang trilogi, saya lebih sering mengajak rekan kerja untuk menggunakan teknolgi kekinian. Pada masa awal munculnya smartphone, dalam satu sekolah baru saya yang menggunakannya. Namun secara perlahan tapi pasti saya berhasil mengajak ke semuanya untuk beralih ke smartphone. Demikian juga dalam menggunakan laptop. Saya mengajak semua guru untuk dapat mengoperasikan laptop. Tapi untuk yang satu ini, saya hanya berhasil mengajak sebagian rekan guru. Sedangkan sebagian yang lainnya terkendala pada usia.
Di tingkat KKG, meski baru tercatat 3 tahun di dapodik, saya dipercaya memimpin sebuah even lomba setingkat kecamatan, dan dipercaya untuk memimpin kembali di tahun berikutnya. Dalam kepemimpinan lomba, saya masukkan unsur teknologi pada salah satu cabang lombanya, yaitu cerdas cermat dengan pengerjaanya menggunakan smartphone. Demikian juga untuk penilaian juri, saya pakai aplikasi berbasis excel. Ini merupakan sesuatu yang baru pada masanya.
Di tingkat PGRI, saya satu kali terpilih sebagai sekretaris. Pada pemilihan periode berikutnya saya diminta untuk kembali maju sebagai sekretaris, tapi saya menolak. Alasan saya, agar terjadi rotasi kepengurusan dan berbagi pengalaman. Saya mendorong rekan-rekan guru untuk menunjang karir keguruannya melalui PGRI. Akhirnya, proses pemilihan berlangsung, dan saya didapuk sebagai bendahara.